Jumat, 28 Desember 2012


Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupa peta foto atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb.Fotogrametri atauaerial surveying adalah teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta.

Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan.
Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari kata “photos” yang berarti sinar, “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron” yang berarti mengukur. Oleh karena itu “fotogrametri” berarti pengukuran scara grafik dengan menggunakan sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983). Dalam manual fotografi edisi lama, fotogrametri didefinisikan sebagi ilmu atau seni untuk memperoleh ukuran terpercaya dengan mengguanakan foto. Di dalam manual edisi ketiga, definisi fotogrametri dilengkapi dengan menambahkan interpretasi foto udara kedalamnya dengan fungsi yang hampir sama kedudukannya dengan penyadapan ukuran dari foto. Setelah edisi ketiga pada tahun 1996, definisi fotogrametri diperluas lagi hingga meliputi penginderaan jauh. (Sutanto, 1983). Sehingga dapat disimpilkan bahwa Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu, dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan udara yang menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya.
Salah satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Oleh karena itu dengan adanya praktikum tentang interpretasi foto udara dan pembuatan peta tutupan lahan kali ini diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik Geodesi mampu melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip-prinsip interpretasi yang benar serta dilanjutkan dengan pembuatan peta tutupan lahan. Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi : bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh) kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya.
Salah satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Oleh karena itu dengan adanya praktikum tentang interpretasi foto udara dan pembuatan peta tutupan lahan kali ini diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik Geodesi mampu melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip-prinsip interpretasi yang benar serta dilanjutkan dengan pembuatan peta tutupan lahan. Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi : bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh) kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya.
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.
Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :
Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citrta foto.
Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.
Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.
Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi.

copy by geonorida.blogspot.com

Posted by Unknown On 13.23 1 comment READ FULL POST

Rabu, 26 Desember 2012


SEJARAH PERKEMBANGAN SIG

1. AWAL MULA
Geografi merupakan salah satu ilmu yang mengikuti sejarah perkembangan manusia. Manusia mengenal tempat tinggal dan lingkungan sekitarnya, yang pada awalnya hanya tersimpan pada pada otaknya atau yang biasa disebut peta mental. 
Perkembangan selanjutnya adalah manusia mulai menggambarkan lingkungan sekitarnya pada suatu bidang atau yang disebut dengan peta sketsa yaitu peta tanpa proyeksi dan skala

2. ZAMAN PRASEJARAH
Peta tertua ditemukan ketika dilakukan penggalian reruntuhan kota Gasur, Babilonia, berupa sebilah lempeng kecil tanah liat dan diperkirakan dibuat sekitar 2500 tahun sebelum masehi

Peta generasi kedua ditemukan di Mesir, yang digambarkan diatas lembaran kertas yang terbuat dari kulit. Peta ini memperlihatkan persil-persil tanah pertanian yang terdapat di sekitar lembah sungai Nil dan lokasi-lokasi tambang emas pada masa pemerintahan Rameses II (1292 - 1225 tahun sebelum masehi).

Bangsa Yunani menggunakan sistem koordinat segi-empat untuk pembuatan peta-petanya sekitar 300 tahun sebelum masehi. Mereka melakukan serangkaian pengamatan hingga didapat bukti-bukti yang menyatakan bahwa bentuk bumi itu tidak datar, tetapi bulat.

Ilmuwan Yunani juga memperkenalkan konsep-konsep bumi bulat dengan kutub-kutubnya, garis katulistiwa, sistem koordinat Lintang dan Bujur, sistem proyeksi peta, dan hitungan dimensi-dimensi bumi.

Perkembangan perpetaan dan diskripsi wilayah selanjutnya lebih didasarkan atas berbagai kepentingan, seperti untuk perang dan pajak serta pelayaran

3. ZAMAN ARAB ISLAM
Bangsa Arab Islam memimpin dalam dunia Geografi dan Kartografi pada abad pertengahan. Banyak karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab hingga ilmu Geografi berkembang pesat.

Idrisi yang diangkat sebagai penasihat dan pengajar di Istana oleh Raja Sicilia, Roger II pada 1154, Idrisi membuat globe (bola dunia) pertama kali yang terbuat dari perak seberak 400 kg memuat tujuh benua, danau dan sungai, kota, gunung, dataran, rute perjalanan dan catatan ketinggian. Ia juga mengarang suatu kitab yang menggambarkan bentuk bumi yang bulat dan mengambang diangkasa seperti kuning telur. Juga menjelaskan tentang iklim, lautan dan dataran serta penjelasannya secara terinci.

Untuk mengormati jasa-jasa Idrisi, maka perangkat lunak yang dikembangkan oleh Universitas Clark di Amerika Serikat diberi nama “IDRISI”. Buku buku karangan beliau masih terus diburu ilmuwan sampai pada awal abad 20.

4. ZAMAN PERKEMBANGAN EROPA
Ilmuwan Eropa mengembangkan perpetaan pada abad 15 setelah menterjemahkan karya ilmuwan Yunani dan ilmuwan Islam.

Perkembangan lebih lanjut pada awal abad 19, dimana perpetaan banyak digunakan untuk menyampaikan informasi geografis untuk tujuan pengembangan dan perencanaan. Hal ini dilakukan dengan cara mengkompilasikan berbagai informasi geografis untuk mendapatkan informasi baru yang dibutuhkan

Tahap inilah dianggap sebagai awal mula sistem informasi geografis secara manual.

5. KOMPUTER AWAL
Perkembangan pesat komputer pada pertengahan abad 20 turut mempengaruhi perkembangan SIG kearah digitalisasi.

Di awal 1960-an, potensi komputer elektronik telah dikenal di Kanada dan Amerika Serikat. Pada 1963, sistem informasi Geografis Kanada (CGIS: Canadian Geographic Information System) mulai beroperasi dan kemudian menjadi SIG sesungguhnya yang pertama di dunia. Dua tahun kemudian, di Amerika Serikat sistem serupa (MIDAS) juga mulai digunakan untuk memproses data-data sumberdaya alam.

Pada tahun 1970-an hingga 1980-an, berbagai sistem telah berevolusi untuk menggantikan komputasi Kartografi manual. Sistem produksi banyak tersedia di akhir 1970-an dan pengembangan sistem ini dilanjutkan hingga 1980. Walaupun demikian, di awal 1990-an, pendekatan yang sempurna terhadap beberapa tugas‑tugas Kartografi masih belum ditemukan.

6. ZAMAN PERKEMBANGAN KOMPUTER PC DESKTOP
Penyebaran PC memacu operasi-operasi user-friendly dan program-program yang mampu dalam memproses pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya tak terbayangkan.

Peningkatan kapasitas kemampuan hitungan prosesor mikro mengakibatkan maraknya pemrosesan citra dijital satelit dan raster lainnya secara komersial pada pertengahan 1980-an.

Sistem-sistem perangkat lunak telah dikembangkan dengan cepat. Sistem-sistem basisdata relasional, seperti dBase dan Oracle yang pertama kali muncul pada akhir 1980-an, sangat berguna di dalam pemrosesan data Geografi.

Pada tahun yang sama, kemampuan komputasi pemroses mikro telah diadopsi untuk berbagai perangkat mulai dari perangkat bantu rumah tangga, mesin‑mesin mobil, hingga penggunaannya di dalam SIG

7. ZAMAN KOMPUTER MUTAKHIR
Kemampuan perhitungan komputer saat ini yang semakin baik menyebabkan perkembangan SIG yang demikian hebat.

Perkembangan perangkat lunak SIG semakin baik, sehingga mudah untuk mendapatkan berbagai Program SIG.

Teknologi penyedian data yang semakin baik, baik data digital spasial maupun data digital non spasial.

Berbagai alat penunjang untuk pekerjaan SIG semakin murah dan tersedia dalam banyak jenis, seperti perkembangan kartu grafis, memory modul, hard disk, berbagai perangkat komunikasi dan lain sebagainya.



(Copy By XXX )
Posted by Unknown On 16.55 No comments READ FULL POST

TEKNOLOGI PEMETAAN DENGAN SENSOR RADAR DI TENGAH
TAWARAN SISTEM PEMETAAN BERBIAYA RENDAH

Pendahuluan
Saat ini teknologi pemetaan dan permintaan akan jasa geoinformasi berkembang pesat seiring dengan kemajuan pada industri jasa penyedia informasi. Di Indonesia dengan karakter wilayah daratan-laut dan kondisi atmosfir, persoalan untuk dapat menyediakan data geoinformasi terkini masih menjadi tantangan bagi para peneliti. Permasalahan terkait kondisi atmosfir telah memperoleh jawaban dengan keberadaan teknologi sensor radar. Tantangan utama lainnya terkait beberapa kondisi, yaitu keterbatasan biaya dan penguasaan teknologi di daerah. Khusus untuk keberadaan data citra satelit, selama ini industri jasa penyedia geoinformasi di Indonesia lebih banyak bekerja sebagai reseller agent dari teknologi pencitraan yang ada. Terkait dengan keterbatasan biaya, saat ini ada sejumlah pilihan sistem pencitraan dan pemodelan obyek di permukaan bumi yang berbiaya rendah diantaranya teknologi mikro-satelit TUBSAT-LAPAN, penggunaan instrumen yang banyak terdapat di pasaran elektronik seperti videografi atau fotografi format kecil. Jadi dari sisi teknologi masih perlu dikembangkan suatu penelitian tentang teknologi pemetaan yang murah, cepat, mudah dioperasikan, dan akurasi yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Pilihan teknologi pencitraan permukaan bumi perlu memperhatikan kebutuhan pasar dan isu strategis di Indonesia. Beberapa isu yang saat ini berkembang yaitu otonomi daerah, ketahanan pangan dan kesehatan, kebutuhan energi, teknologi pertahanan, dan teknologi informasi. Permintaan pasar saat telah juga memunculkan kebutuhan pemetaan untuk tingkat personal yang hanya membutuhkan luasan kecil. Keberadaan sistem informasi Google-Earth (imagery) dan Tele-Atlas (Navigation Map) telah mendorong perkembangan pasar personal ini. Disamping itu, produk dari jasa geoinformasi yang terpenting adalah aspek kekinian. Dalam hal aspek kekinian ini, masih diperlukan penelitian untuk mengembangkan teknologi pembaharuan data geoinformasi. Jadi dari sisi kebutuhan produk pemetaan, masih perlu dikembangkan produk multi-tema, terjangkau sampai pasar personal, dan penekanan pada pembaharuan data (tidak harus membuat peta baru). 

Definisi Sistem Pemetaan Berbiaya Rendah
Tidak ada suatu definisi baku dari sistem pemetaan berbiaya rendah (low-cost). Disamping itu, tidak ada suatu ukuran obyektif yang dapat menyatakan suatu sistem berbiaya rendah, karena terdapat aspek instrumentasi, kecepatan dan kemudahan operasional, kondisi lapangan, dan volume pekerjaan. Jadi dalam tulisan ini, pemberian difinisi berbiaya rendah hanya untuk keperluan membatasi pengertian. Sistem pemetaan berbiaya rendah definisikan sebagai penggunaan instrumen (hardware/software) yang banyak tersedia di pasaran elektronik (Mass-Products) sebagai sensor utama dalam sistem pemetaan/pencitraan permukaan bumi (lihat Rokhmana, 2005, Dare, 2006). Beberapa contoh instrumen seperti kamera fotografi, kamera video, receiver GPS –Navigasi, dan aeromodeling. 
Disamping sistem pemetaan berbiaya rendah terdapat juga pilihan proses produksi geoinformasi dengan biaya rendah. Dalam hal ini, biaya rendah diperoleh dengan mengakses keberadaan data global yang dapat diakses dengan gratis atau teknologi yang dimiliki Indonesia. Tulisan ini akan membatasi pada keberadaan Google-Earth, SRTM, dan satelit TUBSAT-LAPAN. Sistem pemetaan berbiaya rendah yang dimaksudkan dalam tulisan ini lebih ditujukan untuk keperluan pembaharuan informasi tematik. 

Kebutuhan Pasar
Salah satu ilustrasi terhadap kebutuhan pasar dapat dilihat pada pada dokumen hasil studi yang dilakukan Global Marketing (2007). Gambar 1 menunjukkan kebutuhan aspek teknologi dari produk sistem penginderaan jauh. Sejumlah responden (users) memilih “Remote Sensing Data Becoming a Commodity” sebagai isu utama, dan data yang paling banyak digunakan selama ini adalah kategori midresolution (Landsat).
Sejumlah produk yang semakin diminati adalah citra satelit resolusi tinggi, data DTM, dan hyper-spectral. Pasar personal yang memiliki luasan sempit juga telah mendorong permintaan akan teknologi R/C model sebagai wahana pembawa sensor (lihat Petire, 2006). Jadi tampaknya perlu ada perbedaan pilihan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pemerintah yang memiliki luasan lebar dan kebutuhan personal/privat dengan luasan yang lebih kecil dari 500 Ha. Disamping permintaan pada produk geoinformasi, beberapa bidang pekerjaan lebih menekankan pada produk model 3D dari suatu obyek. Beberapa bidang dengan permintaan model 3D diantaranya seperti arsitektur-arkeologi, geoteknik, deformasi obyek, pariwisata, model kota 3D (telekomunikasi), surveillance, dan grafik-animasi. Pro/Kontra Sensor Radar vs Optik Sampai saat ini tidak ada suatu jenis sensor inderaja yang dapat memuaskan kebutuhan semua pihak. Atas dasar pemikiran tersebut, maka diskusi tentang pro/kontra teknologi sensor radar dan optic tidak penting lagi. 
Hal yang lebih penting
adalah bagaimana dapat menggabungkan (supplementary) antara produk tersebut.
Sejumlah penelitian yang mengupayakan proses fusi citra optik ditujukan untuk
menambah akurasi proses proses interpretasi, dan menghilangkan liputan awan pada
citra optic (lihat Tzeng et.al. (2005), Mercer et.al. (2007), Hellwich et.al. (2007))
Bellman et. Al. (2005) pernah menyampaikan perbandingan visual antara citra
optic dan radar (C-Band dan L-Band). Penelitiannya menyimpulkan bahwa untuk area
yang luas-terbuka dan obyek linier, hasil interpretasi visual memiliki performa yang
hampir sama. Tetapi untuk obyek yang kecil seperti bangunan yang memiliki
pepohonan rapat citra optic lebih mudah diinterpretasi oleh operator yang tidak
berpengalaman sekalipun.

Kesimpulan
Tulisan ini telah memberikan sejumlah ilustrasi tentang keberadaan sistem pemetaan berbiaya rendah terhadap kebutuhan pasar akan jasa penyedia data geoinformasi. Setiap sistem pemetaan yang ada sifatnya akan saling melengkapi. Berdasarkan pengalaman dari beberapa percobaan yang pernah dilakukan, maka perlu disosialisasikan kepada para pengguna bahwa saat ini telah tersedia berbagai sistem pemetaan yang dapat bekerja mulai dari luasan sempit (puluhan-ratusan Ha) sampai luasan regional. Disamping itu, aplikasi dari sistem yang telah dikembangkan tidak hanya untuk keperluan produksi peta saja, tetapi dapat juga menghasilkan model 3D, dan pengukuran bentuk dan dimensi suatu obyek.


Untuk artikelnya bisa di download di sini

Posted by Unknown On 16.50 No comments READ FULL POST

Senin, 24 Desember 2012

Alkisah, ada seorang pengembara yang suka banyak bicara. Suatu hari, ia menempuh perjalanan yang mengharuskannya melewati sebuah hutan belantara yang jarang sekali diinjak manusia. 

Ketika sampai di tengah-tengah hutan, tiba-tiba terdengar suara orang berbicara. Pengembara itu merasa takut, tetapi juga penasaran. "Suara siapakah itu, di tengah-tengah hutan yang sepi begini?" bisiknya dalam hati. Lalu, dengan hati-hati ia mencari asal suara tadi. Akhirnya ia menemukan jawabannya. Suara tadi berasal dari tengkorak manusia yang ada di bawah pohon besar. Alangkah terkejutnya ia.

Dengan rasa tidak percaya, ia memberanikan dirinya mendekat dan bertanya, "Hai tengkorak. Bagaimana kamu bisa sampai di tengah-tengah hutan belantara ini?" 
Di luar dugaan, si tengkorak itu bisa mendengar dan menjawab pertanyaannya. "Hai pengembara! Yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara," jawab si tengkorak. Mengetahui tengkorak bisa mendengar dan berbicara, si pengembara pun jadi sangat terhibur dan terus mengobrol tentang segala hal yang menarik hatinya. Ia merasa menemukan pengalaman yang benar-benar aneh dan sangat menakjubkan. 
Saat keluar dari hutan, si pengembara terus teringat dengan kejadian aneh yang dialaminya. Dengan penuh semangat, ia berceritatentang tengkorak yang bisa bicara kepada setiap orang yang dijumpainya. Tentu saja,tidak ada seorang pun yang mau percaya. Malah ada yang mencemooh ceritanya. "Dasar bodoh! Mana ada tengkorak yang bisa bicara!" 
Namun, biarpun tidak ada yang mau percaya dengan ceritanya, pengembara itu tetap sajabercerita kepada banyak orang lainnya. 

Akhirnya, cerita tengkorak yang bisa berbicara itu pun terdengar sampai ke istana. Singkat cerita, baginda raja tertarik dan kemudian mengundang pengembara itu ke istana. Kembali, si pengembara menceritakan pengalamannya dengan bangga. 
"Baginda, hamba bertemu tengkorak yang bisa bicara. Mungkin baginda bisa menanyakan tentang masa depan kerajaan ini kepada tengkorak itu," bujuk si pengembara. Karena rasa ingin tahu, raja pun mengajak para pengawalnya dan meminta si pengembara menunjukkan jalan ke hutan di mana tengkorak itu berada. 
Setibanya di sana,pengembara dengan begitu percaya diri langsung bertanya kepada si tengkorak. "Hai tengkorak, bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini?" 
Kali ini, tengkorak itu diam membisu. Raja dan para pengawal tampak tidak sabar menunggu. Ketika pengembara itu mengulang pertanyaannya beberapa kali dengan suara lebih keras, tengkorak itu tetap diam membisu. Yang terdengar hanya desau angin dan gaung suara si pengembara. 
Melihat hal itu, para pengawal menatap raja dengan pandangan geli. Merasa telah diperdayai, sang raja menjadi murka. Ia memandang marah si pengembara. "Sebenarnya aku tidak percaya omonganmu. Apakah kamu mengira bahwa aku ini raja yang bodoh? Sebenarnya, aku datang ke sini untuk membongkar kebohonganmu. Kamu harus dihukum atas hal ini!" 
Sang raja pun langsung memerintahkan hukuman mati untuk si pengembara. Setelah itu, jenazah si pengembara ditinggalkan di sana. Kepalanya diletakkan di samping tengkorak tadi. 
Begitu raja dan para pengawalnya pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba si tengkorak bersuara. "Hai Pengembara! Bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini?" 
Dan kepala si pengembara pun menjawab, "Yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara." 
Teman-teman yang luar biasa! 
Sering kali pertengkaran, kesalahpahaman, dan permusuhan besar muncul gara-gara omongan yang tidak pada tempatnya. Mereka yang suka mengumbar omongan, sering jadi kurang waspada sehingga mudah menyinggung, merendahkan, atau melecehkan orang lain. Sekilas, masalahseperti ini tampak sepele, tetapi akibatnya bisa fatal. 
Alangkah baik,apabila setiap saat kita bisa mengendalikan diri, tahu kapan dan mengapa harus berbicara. Bahkan terkadang bisa diam adalah sikap yang paling bijak, seperti pepatah, "Silent is golden. Diam adalah emas." 
Salam sukses, luar biasa!


Copy by http://cerita-hikmah-kehidupan.blogspot.com/
Posted by Unknown On 11.30 No comments READ FULL POST

Kamis, 20 Desember 2012


Pengertian SIG
Sistem Informasi Geografis ( SIG ) merupakan komputer yang berbasis pada sistem informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografi bumi. Definisi SIG selalu berubah karena SIG merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif masih baru.
Posted by Unknown On 14.09 8 comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube